Ini kisah seorang perempuan yang bernama Ana, dia perempuan yang sibuk sebagai wanita karir dan satu hal yang kurang aku suka dari dia adalah kesibukan yang kadang membuatnya tidak memperhatikan keluarga, padahal dia sudah menikah dan punya anak.
Kadang dia pulang kerumah saat makan malam dan dia tidak ikut bergabung dengan mereka,malah kembali melanjutkan pekerjaannya, bahkan kadang dia tertidur dimeja bersama dengan kertas - kertas didepannya.
Jika kalian bertanya apa pendapat ku melihat sikapnya, aku sangat marah. Tapi aku bisa apa, tidak mungkin aku menasehatinya, sedangkan aku tidak mengerti apa -apa tentang kehidupan orang yang berumah tangga. seharusnya dia lebih perhatian pada anaknya. Aku sendiri tidak habis pikir apa yang ada dipikirannya, tidak kah dia kasihan pada anak - anaknya yang aku yakin sangat ingin menghabiskan waktu bersamanya.
Sampai suatu saat salah satu dari anaknya sakit, namun dia tidak begitu perhatian, setelah anaknya mendapat perawatan dirumah sakit kemudian dia meninggalnya bersama suaminya disana, sedangkan anaknya demam panas tinggi dan tidak sadarkan diri, benar - benar keterlaluan.
Malam itu anaknya sadar, dia melihat ibunya duduk dilantai disamping tempat tidurnya, dia tidak tahu sejak kapan ibu nya berada disitu, sekilas dia melihat ibunya seperti berbicara, tapi tidak ada siapapun disitu.
Setelah jam 12 malam, setelah dia kembali mendapatkan suntikan, mata nya tidak bisa tidur, anak yang lemah itu masih kesakitan mungkin antibiotik itu mulai bekerja. Dan lagi aku tidak melihat perempuan itu, mungkin dia bosan menunggui anaknya. Hingga akhirnya beberapa menit kemudian anaknya tertidur.
Dan ketika pagi anak itu bangun saat dokter datang untuk memeriksa dia berdiri disamping dokter, seperti seorang ibu yang benar - benar peduli dengan anaknya, dan benar saja, saat anaknya keluar dia pun keluar bersamanya.Walaupun masih lemah tapi dari mata anak itu bisa terlihat dengan jelas ada kemarahan disana.
Tapi dia masih terlalu lemah untuk berteriak bahkan untuk membuka matanya saja dia hanya mampu sesekali, ketika wanita itu kembali dan memasuki ruangan gadis yang tergolek lemah itu membalik badannya, terlihat sekali dia ingin menunjukkan "aku benci kamu" dan dia tidak sadar bahwa salah satu tangan nya memakai infus dan selang itu tertarik dan seketika darah segar mengalir deras dari tangannya. Wanita itu terkejut dan berteriak, suaminya bergegas mengambil ember untuk menampung darah agar tak semakin membanjiri lantai, namun wanita itu berlari ketakutan keluar ruangan, aku benar - benar muak melihat sikapnya saat itu.
Dan beberapa detik kemudian,dua orang perawat berlari kedalam ruangan menghentikan perdarahan itu dan wanita itu juga ada diantara perawat - perawat itu, dia berlari bergegas menghampiri anaknya, apa aku tidak salah lihat, sejak kapan ia peduli dengan anaknya, tapi aku melihatnya ada kepanikan yang sangat diwajahnya. Tidak mungkin.
Ini hari kedua dirumah sakit, dan setelah dokter periksa pergi. Saat suaminya datang untuk menjaga anaknya, dia pergi, mungkin dia pastilah senang akhirnya bisa bebas pergi. Anaknya pun bertanya
"ami, kemana ya?"
Ayah itu pun menjawab "ami, pulang dirumah adikmu rewel, belum lagi pakaian kotor dan pakaian kotor mu yang bertumpuk yang harus dicuci, jadi ami pulang untuk mencuci baju kotor, baju kamu untuk dirumah sakit juga sudah kotor, jadi mesti diambil lagi yang bersih, kamu juga tidak mau makan makanan dari rumah sakit, makanya dia harus membuatkan nasi lembek untukmu, karena kamu belum boleh makan nasi biasa"
anak itu hanya diam "lalu kemarin waktu aku dirumah sakit kenapa ditidak selalu disampingku? padahal anak yang disebelah ku selalu didampingi ibu?"
Setelah membetulkan duduk, ayahnya menjawab "awal kamu masuk rumah sakit, kita sama sekali tidak punya uang tunai untuk membayar uang muka, karena ami' tidak ingin kamu dimasukkan ke bangsal, dia yakin kalau kamu tidak akan betah berada disana, sehingga ami' mengurus kebagian administrasi dengan menjadikan cincin nya sebagai jaminan, cukup lama untuk mengurus semua itu sampai akhirnya rumah sakit menyetujuinya"
"aku pikir dia tidak peduli padaku" kata anak itu pelan.
"Bagaimana mungkin dia tidak peduli padamu, setiap malam dia tidak pernah tidur, dia selalu berdo'a untukmu kemudian" jelas lelaki itu
"bagaimana mungkin sedangkan kemarin begitu dokter pergi dia pun pergi meniggalkan ku" potongnya
"dia pergi untuk menanyakan kepada dokter dan memasti kan bahwa keadaan mu lebih baik dan bisa segera sembuh"
"bagaimana kau tahu"
"karena aku bersamanya saat itu, hanya saja aku tidak diizinkan maksud ketika dokter sedang melakukan pemeriksaan"
"kenapa dia ketakutan saat tangan ku berdarah, dia pastilah jijik melihatku ?"
"dia tidak jijik melihat mu, saat tanganmu berdarah, aku dengan paniknya mengambil ember dan menampung darahmu, aku benar - benar panik unutuk bisa berikir dengan cepat waktu itu dengan bodohnya aku mengambil ember yang sama sekali itu tidak berguna, karena darah itu tidak akan bisa dimasukkan lagi kedalam tubuhmu, tapi dia dengan sigap langsung berlari memanggil perawat untuk menangani perdarahanmu, kamu tidak seharusnya menghakiminya, dia terlihat sangat menderita saat kamu sakit, aku memang terlihat lebih panik, tapi aku tahu dia lebih takut"
Gadis itu diam, dia sadar dia telah salah besar selama ini, sangat salah besar, dia seharusnya tidak egois, dia sangat salah besar selama ini. Ibunya memang perempuan yang super, dia melakukan semua tugas bahkan dia selalu memastikan anaknya mendapatkan yang terbaik.
"Maafkan aku" dia akan mengatakan itu ketika perempuan itu datang nanti, dia ingin mengatakan betapa dia sangat mencintai perempuan itu, perempuan yang ikut mebanting tulang untuk membantu memenuhi kebutuhannya, perempuan yang mengorbankan nyawanya untuknya, perempuan pertama yang dikenalnya dibumi, perempuan yang 22 tahun menemani hidupnya.Perempuan bernama Ana yang dipilih tuhan untuk menjadi ibunya.